Pada tanggal 9 Agustus 2024, Harits Naufaldin dan timnya melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Panyingkiran, yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan produktivitas pertanian warga setempat. Inisiatif ini berfokus pada praktik inovatif akuaponik, khususnya budidaya ikan dalam ember, yang dirancang untuk mengatasi tantangan yang dihadapi akibat keterbatasan lahan.Latar belakang kegiatan ini berasal dari kebutuhan mendesak untuk meningkatkan mata pencaharian warga Panyingkiran, yang telah menghadapi kendala akibat terbatasnya ruang pertanian. Metode pertanian tradisional sering kali memerlukan lahan yang luas, yang tidak dapat diakses oleh banyak keluarga di desa tersebut. Oleh karena itu, pengenalan akuaponik menjadi solusi berkelanjutan yang memungkinkan warga untuk membudidayakan ikan dan tanaman dalam lingkungan yang kompak.
Akuaponik, atau “budikdamber,” menggabungkan akuakultur (budidaya ikan) dengan hidroponik (menanam tanaman dalam air). Metode ini tidak hanya memaksimalkan penggunaan ruang yang terbatas tetapi juga menciptakan hubungan simbiotik antara ikan dan tanaman. Limbah ikan menyediakan nutrisi penting bagi tanaman, sementara tanaman membantu menyaring dan membersihkan air untuk ikan, mempromosikan siklus yang berkelanjutan.
Peserta kegiatan ini terdiri dari warga setempat yang antusias untuk belajar tentang teknik pertanian inovatif ini. Pelatihan praktis yang diberikan oleh Harits dan timnya membekali mereka dengan keterampilan yang diperlukan untuk mendirikan sistem akuaponik mereka sendiri. Inisiatif ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya Tujuan 2 (Tanpa Kelaparan), Tujuan 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik), dan Tujuan 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab).
Dengan menerapkan akuaponik, warga Desa Panyingkiran dapat secara signifikan meningkatkan produktivitas pertanian mereka. Budidaya ikan, seperti ikan nila, bersamaan dengan kangkung air, tidak hanya menyediakan sumber makanan tetapi juga membuka peluang baru untuk menghasilkan pendapatan. Pendekatan ganda dalam pertanian ini dapat membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan ketahanan pangan di desa.
Lebih jauh lagi, proyek ini menekankan pentingnya akses terhadap air bersih dan sanitasi, yang sangat penting untuk budidaya ikan dan pertumbuhan tanaman. Sistem akuaponik memerlukan sumber air bersih yang andal, memastikan bahwa ikan dan tanaman dapat berkembang dengan baik. Aspek proyek ini menyoroti keterkaitan antara pengelolaan air dan produktivitas pertanian, memperkuat kebutuhan akan praktik berkelanjutan di daerah pedesaan.
Saat warga Panyingkiran mengadopsi metode pertanian baru ini, mereka juga didorong untuk menerapkan praktik konsumsi yang bertanggung jawab. Dengan menanam makanan mereka sendiri, mereka dapat mengurangi ketergantungan pada sumber eksternal dan mempromosikan gaya hidup yang lebih sehat. Perubahan ini tidak hanya menguntungkan rumah tangga individu tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan keseluruhan komunitas.
Keberhasilan inisiatif akuaponik di Desa Panyingkiran menjadi model bagi komunitas lain yang menghadapi tantangan serupa. Ini menunjukkan bahwa dengan kreativitas dan inovasi, bahkan mereka yang memiliki sumber daya terbatas dapat meningkatkan kondisi ekonomi mereka dan meningkatkan kualitas hidup. Proyek ini adalah bukti kekuatan keterlibatan dan kolaborasi komunitas dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Sebagai kesimpulan, pelaksanaan akuaponik di Desa Panyingkiran merupakan langkah signifikan menuju peningkatan produktivitas pertanian, memastikan akses terhadap air bersih, dan mempromosikan konsumsi yang bertanggung jawab. Saat warga terus mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka di bidang ini, mereka sedang membuka jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan sejahtera.