Pembuatan Peta Rawan Longsor dan Rawan Kekeringan Desa Pagerharjo dan Sekitarnya dalam Upaya Pelengkapan Sarana Prasarana sebagai Kampung Siaga Bencana

, , Comments Off on Pembuatan Peta Rawan Longsor dan Rawan Kekeringan Desa Pagerharjo dan Sekitarnya dalam Upaya Pelengkapan Sarana Prasarana sebagai Kampung Siaga Bencana

Dalam sebuah inisiatif penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana, masyarakat Desa Pagerharjo di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan memulai proyek pembuatan peta yang mengidentifikasi area rawan longsor dan kekeringan. Proyek ini akan berlangsung dari 9 Juli hingga 11 Agustus 2024, sebagai bagian dari upaya melengkapi sarana dan prasarana di kantor Kampung Siaga Bencana (KSB) Pagerharjo.Desa Pagerharjo memiliki topografi yang beragam, mulai dari perbukitan hingga lahan pertanian datar. Keanekaragaman ini memberikan peluang dan tantangan bagi desa, terutama dalam hal pertanian, pariwisata, dan sumber daya alam. Namun, kondisi geografis yang bervariasi ini juga membawa risiko signifikan, terutama terkait dengan bencana alam seperti tanah longsor dan kekeringan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Desa Pagerharjo telah mengalami beberapa kejadian longsor yang mengakibatkan kerusakan infrastruktur, lahan pertanian, dan bahkan mengancam keselamatan warga. Longsor terutama terjadi di wilayah perbukitan yang memiliki kemiringan curam dan tanah yang labil, terutama saat musim hujan. Di sisi lain, musim kemarau yang berkepanjangan sering menyebabkan kekeringan, mengurangi ketersediaan air untuk kebutuhan sehari-hari dan irigasi.

Kondisi ini mendorong perlunya pendekatan yang lebih sistematis dalam pengelolaan risiko bencana di Desa Pagerharjo. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah pembuatan peta rawan longsor dan rawan kekeringan. Peta ini akan memberikan gambaran yang jelas mengenai area yang berpotensi mengalami longsor dan kekeringan, sehingga dapat menjadi acuan dalam perencanaan pembangunan, mitigasi bencana, serta penyusunan strategi adaptasi lingkungan.

Tujuan utama dari pembuatan peta ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat serta pemerintah desa dalam menghadapi ancaman bencana. Dengan adanya peta rawan bencana, masyarakat dapat lebih waspada dan siap dalam mengantisipasi serta mengurangi dampak negatif dari bencana yang mungkin terjadi. Peta ini juga akan membantu pemerintah desa dalam mengambil keputusan yang lebih tepat terkait penggunaan lahan, penataan ruang, serta pembangunan infrastruktur yang aman dan berkelanjutan.

Selain itu, peta rawan longsor dan rawan kekeringan ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam penyusunan kebijakan dan program-program mitigasi bencana yang lebih efektif. Misalnya, di daerah yang rawan longsor, bisa diterapkan upaya konservasi tanah dan penghijauan, serta perencanaan pembangunan yang mempertimbangkan risiko longsor. Sementara itu, di daerah yang rawan kekeringan, dapat dilakukan pengelolaan sumber daya air yang lebih efisien, seperti pembangunan embung atau sistem irigasi yang lebih baik, serta pengembangan pertanian yang tahan terhadap kondisi kekeringan.

Kegiatan ini sejalan dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama yang terkait dengan akses terhadap air bersih dan sanitasi (SDG 6), infrastruktur ICT (SDG 9), dan pendidikan (SDG 4). Dengan mengintegrasikan tujuan-tujuan ini ke dalam proyek pemetaan bencana, masyarakat Pagerharjo bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang tangguh yang tidak hanya mengatasi risiko langsung tetapi juga mendorong keberlanjutan dan kesejahteraan jangka panjang bagi warganya.

Sebagai kesimpulan, pembuatan peta rawan longsor dan kekeringan di Desa Pagerharjo merupakan langkah proaktif menuju ketahanan bencana. Melalui kolaborasi antara masyarakat lokal, pemerintah, dan institusi pendidikan, proyek ini bertujuan untuk memberdayakan warga dengan pengetahuan dan alat yang diperlukan untuk menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh bencana alam, yang pada akhirnya berkontribusi pada masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan.