Dalam inisiatif signifikan yang bertujuan untuk meningkatkan sistem drainase lokal, Nishfu Laila Habibah dan timnya sedang melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Karyamukti, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Program ini, yang berlangsung dari 30 Juli hingga 10 Agustus 2024, berfokus pada pembuatan biopori resapan, solusi berkelanjutan untuk mengatasi masalah genangan air dan kesuburan tanah di daerah tersebut.Genangan air dan tanah yang kurang subur merupakan isu mendesak yang dihadapi banyak daerah, terutama di kawasan perkotaan yang padat penduduk. Akumulasi air yang tergenang sering kali disebabkan oleh sistem drainase yang tidak memadai dan rendahnya kapasitas resapan air tanah. Situasi ini tidak hanya merusak infrastruktur tetapi juga menurunkan kualitas hidup warga dan meningkatkan risiko penyakit berbasis lingkungan. Selain itu, tanah yang kurang subur menghambat pertumbuhan vegetasi dan mengurangi produktivitas lahan.
Beberapa faktor yang menyebabkan genangan air termasuk curah hujan yang tinggi, terbatasnya ruang terbuka hijau, dan banyaknya area yang tertutup beton atau aspal. Kondisi ini menghalangi air hujan untuk meresap ke dalam tanah dengan baik, sehingga menyebabkan banjir. Selain itu, kurangnya bahan organik dalam tanah dan proses dekomposisi yang tidak optimal semakin memperburuk kesuburan tanah. Untuk mengatasi tantangan ini, solusi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sangat diperlukan, salah satunya adalah dengan pembuatan biopori resapan.
Biopori resapan dirancang untuk meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah, sehingga mengurangi limpasan permukaan dan meminimalkan risiko banjir. Inisiatif ini tidak hanya menangani masalah manajemen air secara langsung tetapi juga berkontribusi pada pemulihan ekosistem lokal dengan meningkatkan kualitas tanah dan mendorong pertumbuhan vegetasi. Dengan melibatkan masyarakat dalam proyek ini, program ini menumbuhkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan.
Peserta dalam kegiatan ini adalah warga setempat yang antusias untuk belajar dan berkontribusi pada perbaikan lingkungan mereka. Pengalaman langsung dalam membangun biopori memberikan mereka pengetahuan tentang praktik berkelanjutan dan strategi manajemen bencana. Ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya Tujuan 6 (Air Bersih dan Sanitasi), Tujuan 11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan), dan Tujuan 15 (Kehidupan di Darat).
Pembuatan biopori resapan bukan hanya solusi teknis; ini adalah upaya yang digerakkan oleh komunitas yang menekankan pentingnya kolaborasi dalam mengatasi tantangan lingkungan. Dengan bekerja sama, warga dapat menciptakan ruang hidup yang lebih nyaman sambil mendukung keberlanjutan lingkungan alam mereka. Inisiatif ini menjadi model bagi komunitas lain yang menghadapi isu serupa, menunjukkan bahwa tindakan lokal dapat menghasilkan perubahan positif yang signifikan.
Seiring dengan berjalannya proyek, tim akan memantau efektivitas biopori dalam mengurangi genangan air dan meningkatkan kesuburan tanah. Data yang dikumpulkan akan sangat berharga untuk proyek-proyek mendatang dan dapat menjadi referensi bagi daerah lain yang ingin menerapkan solusi serupa. Tujuan akhirnya adalah menciptakan komunitas yang tangguh yang dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan mengelola sumber daya secara berkelanjutan.
Sebagai kesimpulan, pembuatan biopori resapan di Desa Karyamukti merupakan pendekatan proaktif untuk mengatasi masalah manajemen air dan kesuburan tanah. Dengan mengintegrasikan partisipasi masyarakat dan praktik berkelanjutan, inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk menyelesaikan masalah langsung tetapi juga berkontribusi pada tujuan yang lebih luas dalam manajemen bencana dan pemulihan ekosistem. Keberhasilan proyek ini dapat menginspirasi komunitas lain untuk mengadopsi strategi serupa, membuka jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.