Dalam sebuah inisiatif signifikan untuk mengatasi masalah limbah plastik yang mendesak, sekelompok mahasiswa yang dipimpin oleh Dio Prastyo melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Situs Wadjakensis, Desa Gamping, Kecamatan Canpurdarat, Kabupaten Tulungagung dari tanggal 27 hingga 30 Juli 2024. Program ini berfokus pada pembuatan ecobrick, sebuah solusi kreatif untuk masalah limbah plastik yang semakin meningkat di Indonesia.Limbah plastik telah menjadi perhatian global, dan Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan garis pantai yang panjang, sangat rentan terhadap dampak negatifnya. Limbah plastik yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan, merusak ekosistem laut, dan mengancam kesehatan manusia. Inisiatif ecobrick bertujuan untuk mengatasi masalah ini dengan mengubah limbah plastik menjadi bahan yang berguna, sehingga mengurangi jumlah plastik yang berakhir di tempat pembuangan akhir atau lingkungan.
Tujuan utama dari kegiatan pembuatan ecobrick ini ada tiga. Pertama, kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi timbunan sampah plastik dengan mengubahnya menjadi bahan yang berharga. Dengan cara ini, inisiatif ini berupaya meminimalkan volume limbah plastik yang berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan. Kedua, program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Melalui pendidikan dan kegiatan praktis, peserta belajar tentang pentingnya pengelolaan sampah yang efektif.
Tujuan ketiga adalah untuk menumbuhkan kreativitas di antara peserta. Proyek ecobrick membuka peluang untuk menciptakan berbagai produk bermanfaat dengan memanfaatkan limbah plastik. Peserta kegiatan termasuk mahasiswa, anggota kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dari Desa Gamping, serta Komite Nasional Geopark Indonesia (KNGI). Upaya kolaboratif ini tidak hanya melibatkan masyarakat tetapi juga mendorong pemikiran inovatif dalam pengelolaan sampah.
Selama empat hari program, peserta belajar cara membuat ecobrick dengan mengisi botol plastik dengan potongan kecil limbah plastik. Botol yang telah terisi ini kemudian dapat digunakan sebagai bahan bangunan alternatif, seperti untuk membuat tanda “Wajak” di Situs Wadjakensis. Pendekatan praktis ini tidak hanya memberikan keterampilan praktis tetapi juga menanamkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.
Inisiatif ini sejalan dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama yang terkait dengan akses terhadap air bersih dan sanitasi (SDG 6), kebijakan perubahan iklim (SDG 13), dan konservasi (SDG 15). Dengan mengatasi limbah plastik, program ini berkontribusi pada lingkungan yang lebih bersih, yang sangat penting untuk kesehatan masyarakat dan pelestarian sumber daya alam.
Lebih jauh lagi, proyek ecobrick ini berfungsi sebagai model bagi komunitas lain yang menghadapi tantangan serupa. Ini menunjukkan bahwa dengan kreativitas dan kolaborasi, adalah mungkin untuk mengubah limbah menjadi sumber daya. Keberhasilan inisiatif ini dapat menginspirasi daerah lain di Indonesia untuk mengadopsi praktik serupa, yang pada akhirnya berkontribusi pada gerakan nasional menuju zero waste.
Sebagai kesimpulan, kegiatan pembuatan ecobrick di Situs Wadjakensis merupakan langkah proaktif untuk mengatasi krisis limbah plastik di Indonesia. Dengan melibatkan masyarakat, meningkatkan kesadaran, dan menumbuhkan kreativitas, inisiatif ini tidak hanya berkontribusi pada konservasi lingkungan tetapi juga mempromosikan praktik berkelanjutan yang dapat bermanfaat bagi generasi mendatang.