Dalam sebuah inisiatif penting yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap bencana alam, Meli Rahmadani dan timnya sedang melaksanakan program pengabdian masyarakat (KKN) di Desa Pagergunung, Kecamatan Pangandaran, Jawa Barat. Program yang berjudul “Pemetaan Daerah Rawan Longsor dan Mitigasinya” ini akan berlangsung dari 15 Juli hingga 16 Agustus 2024. Proyek ini sangat penting mengingat kerentanan wilayah tersebut terhadap tanah longsor, terutama di Dusun Pagergunung yang memiliki sejarah kejadian longsor.
Tujuan utama dari program ini adalah untuk memetakan daerah yang rentan terhadap longsor dan memberikan edukasi kepada masyarakat setempat mengenai langkah-langkah efektif untuk mengurangi risiko bencana. Dengan demikian, inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan meminimalkan dampak dari tanah longsor, sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) terkait akses pendidikan (Tujuan 4) dan manajemen perubahan iklim (Tujuan 13).
Latar belakang program KKN ini didasari oleh kondisi geografis dan geologis Desa Pegergunung, yang ditandai dengan lereng yang curam, curah hujan yang tinggi, dan struktur tanah yang rentan terhadap pergerakan. Minimnya pemahaman masyarakat mengenai risiko longsor dan langkah-langkah mitigasinya menjadi faktor penting yang mendorong dilaksanakannya kegiatan ini.
Pemetaan daerah rawan longsor akan memberikan gambaran visual yang komprehensif tentang kerawanan longsor di wilayah tersebut. Salah satu output utama dari inisiatif ini adalah pembuatan peta zona kerawanan longsor, yang akan diberi kode warna untuk menunjukkan tingkat risiko yang berbeda. Merah akan menandakan daerah dengan risiko sangat tinggi, oranye untuk risiko tinggi, kuning untuk risiko sedang, dan hijau untuk risiko rendah.
Keterlibatan pemerintah setempat sangat penting dalam inisiatif ini, karena mereka akan berpartisipasi dalam proses pemetaan dan upaya penyuluhan edukasi. Kolaborasi ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab di antara anggota masyarakat terkait kesiapsiagaan bencana.
Selain pemetaan, program ini juga akan mencakup lokakarya dan sesi pelatihan yang bertujuan untuk membekali warga dengan pengetahuan tentang pencegahan dan strategi respons terhadap longsor. Kegiatan edukasi ini dirancang untuk memberdayakan masyarakat, memastikan bahwa mereka terinformasi dengan baik dan siap untuk bertindak jika terjadi longsor.
Proyek ini juga menekankan pentingnya mengintegrasikan pengetahuan dan praktik lokal ke dalam strategi pengurangan risiko bencana. Dengan melibatkan masyarakat, program ini berupaya menciptakan pendekatan holistik terhadap manajemen longsor yang menghormati tradisi lokal sambil menggabungkan pengetahuan ilmiah.
Seiring dengan berjalannya program, tim akan mengumpulkan data dan umpan balik dari masyarakat untuk menyempurnakan strategi mereka dan memastikan bahwa materi edukasi relevan dan mudah diakses. Proses iteratif ini akan membantu membangun komunitas yang tangguh yang lebih siap menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan bencana alam.
Sebagai kesimpulan, program “Pemetaan Daerah Rawan Longsor dan Mitigasinya” di Desa Pegergunung merupakan langkah proaktif menuju peningkatan ketahanan masyarakat. Dengan fokus pada pendidikan dan mitigasi risiko, inisiatif ini tidak hanya menangani masalah langsung terkait longsor tetapi juga berkontribusi pada tujuan pembangunan berkelanjutan dan manajemen perubahan iklim yang lebih luas.